GAJIMA
Tittle :
Gajima
Genre : Romance, sad
Leghth : One Shoot
Rated : 15
Main
Cast : Lee Donghae, Seo Joo Hyun
dan Seo Ji Hye
Author : Little Rabbit
Twitter : @Oktavia_lely
Facebook : Lely_oktaviani96@yahoo.com
Disclaimer : Cast bukan milik author melainkan milik
Tuhan, keluarga dan diri mereka sendiri. Author cuma pinjam nama. FF asli dari
otak author not plagiat. Warming typo bertebaran merupakan hal yang wajar.
Tidak boleh sembarangan mengcopy FF tanpa iijn.
NB : Sudut pandang dari
keseluruhan cerita di ambil dari sisi Donghae.
_HAPPY
READING_
Cahaya matahari
pagi menerobos masuk melalui calah-celah jendela kamarku yang tertutup tirai.
Memaksaku bangun dari alam mimpi indahku bersama Joo Hyun, gadis yang sangat
aku cintai tetapi tak dapat lagi aku peluk, sentuh, bahkan kulihat. Aku hanya
dapat bertemu dengannya di alam bawah sadarku. Aku mengambil foto diatas meja
samping tempat tidurku, fotoku dengan Joo Hyun.
Flash
Back
Aku
berjalan menggandeng tangannya menyusuri jalan. Hari ini terpaksa aku dan Joo
Hyun harus pulang berjalan kaki karena tiba-tiba saja motorku mogok dan harus
diperbaiki di bengkel. Aku tak menyangka jalan kaki sangat menyenangkan,
apalagi dengan Joo Hyun. Aku harus lebih sering-sering melakukan ini dengannya.
Joo Hyun menarik tanganku.
“Kemana
?” Tanyaku.
“Kesana,
ayolah oppa.” Menunjuk bangku kosong bercat putih di bawah pohon besar di
pinggir taman. Aku menurut dengan tarikan tangannya. Kami duduk di bangku,
saling membisu, merasakan desiran angin yang menyentuh lembut kulit. Aku
melihat Joo Hyun memejamkan matanya. Kurasa dia sedang menikmati angin yang
berhembus menerbangkan daun-daun menguning yang berguguran. Joo Hyun
menghembuskan nafasnya panjang.
“Oppa,
aku ingin membicarakan sesuatu.” Katanya memecah keheningan diantara kami. “Aku
sudah memikirkannya berulang kali, dan aku memutuskan untuk mengambil beasiswa
itu.” Katanya samar tapi masih dapat aku dengar. Tubuhku serasa lemas. Aku tau
ini akan terjadi hanya saja aku tidak menyangka akan secepat ini. Aku tau
betapa pintarnya yeoja-ku ini. Tidak heran jika dia mendapat beasiswa kuliah
keluar negeri. Aku tidak ingin menghalangi mimpinya tetapi apakah aku sanggup
tidak melihatnya dalam waktu yang cukup lama. Entahlah, kebahagian Joo Hyun
segalanya untukku.
“Baiklah
kalau itu pilihanmu, kejar mimpimu dan kembalilah pulang sebagai orang yang
sukses.” Kataku sambil memperlihatkan senyum yang aku paksakan setulus mungkin
diakhir kalimatku. Aku menahan air mataku agar tidak terlihat konyol di depannya.
Aku berdiri, beranjak pergi dari taman itu.
“Besok,”
Katanya lirih. “Besok aku akan berangkat dan sebaiknya kita berakhir sampai
disini.” Apa ? besok ? secepat itukah dia pergi, kenapa dia baru memberitahuku
tentang hal ini.
“Baiklah,
pasti sulit jika memiliki hubungan jarak jauh. Aku mengerti.” Aku meneruskan
langkahku yang sempat terhenti. Aku memang tidak pandai merangkai kata
perpisahan karena aku tidak berharap untuk berpisah dengan siapa pun orang yang
aku sayang. Aku masih berjalan lambat berharap dia memanggil namaku dan menarik
kembali semua ucapannya tapi itu mustahil, Joo Hyu selalu berpegang teguh
terhadap segala yang dia ucapkan dan takkan pernah menariknya kembali.
Beberapa
bulan setelah keberangkatannya keluar negeri aku tidak pernah lagi mendengar
berita tentangnya. Ingin sekali aku menghubunginya tetapi selalu kuurungkan
niatku mengingat hubungan kami yang telah berakhir. Tidak salah memang aku
menghubunginya tetapi apakah aku sanggup melepasnya setelah kudengar suaranya.
Aku
menuruni anak tangga, masih dengan mata menyipit karena mengantuk. Aku melihat
eomma menelpon sambil terlihat sendu. Entah apa yang mama bicarakan dengan
orang diseberang sana. Sekarang aku berada di depan eomma tepat saat dia
menutup telponnya. Eomma menatapku sambil berkaca-kaca.
“Kau
yang sabar ya sayang.” Kata eomma sambil menitihkan air mata.
“Maksud
eomma apa ?”
“Joo
Hyun. Joo Hyun meninggal. Leukimia.” Aku merasakan ribuan pisau menghujam
jantungku. Sebuah kata sederhana yang dapat menhentikan laju jantungku.
Pikiranku buyar, tubuhku mati rasa, kakiku lemas tak kuat lagi menahan berat
tubuhku. Tanpaku sadari butiran kristal mengalir di pipiku.
Flash
Back End
Tok...tok...tok...
“Hae-ya
ayo bangun nanti kita terlambat.” Panggil eomma dari balik pintu kamarku.
“Ne
eomma.” Aku menaruh kembali foto kami ketempat semula dan bergegas ke kamar
mandi. Hari ini Eonni-nya Joo Hyun akan menikah, meskipun hubunganku dengan Joo
Hyun telah berakhir tetapi hubungan keluargaku dengan keluarganya masih
terjalin dengan baik. Aku turun ke lantai bawah menghampiri eomma dan appa-ku.
Mereka tersenyum ke arahku.
“Tampannya
anak appa.” Puji appa.
“Siapa
dulu eomma-nya.” Kata eomma tak mau kalah.
“Kau
mengajak Ji Hyun kan ?” Tanya eomma.
“Ne,
Tapi dia tidak bisa berangkat bersama dengan kita, dia masih ada urusan jadi
akan datang sedikit terlambat.”
“Baiklah
ayo kita berangkat.” Ajak appa. Kami bergegas berangkat. Ji Hyun adalah nama
yeoja chingu-ku. Namanya hampir sama bukan dengan Joo Hyun. Meskipun aku telah
memiliki yeojachingu, aku masih belum bisa melupakan Joo Hyun. Tapi Ji Hyun
tidak menuntut banyak terhadapku. Itu salah satu yang membuatku mampu bertahan
dengannya.
Kami
sampai di Rumah Joo Hyun. Kedatangan kami di sambut ramah oleh Keluarga Joo
Hyun. Mereka berbincang bersama tentang berbagai hal yang takku mengerti.
“Eomma,
aku mau mencari Ji Hye Nuna dulu ya.” Bisikku pada eomma. Eomma membalasnya dengan anggukan
kepala. Aku berjalan menuju kamar Ji Hye Nuna, kuketuk pintu kamar Ji Hye Nuna
setelah mendengar suara dari dalam kubuka pintunya. Aku melihat Ji Hye Nuna memakai gaun putih dan sedang di
rias.
“Hai
adik ipar.” Sapanya saat melihat bayanganku dari cermin.
“Wah
tampannya adik iparku, aku bisa gagal menikah kalau melihatmu seperti ini.”
“Hahaha,
Nuna bisa saja, selamat atas pernikahannya, ige.” Aku memberikan sebuah
bingkisan ke Ji Hye Nuna.
“Ige
mwoya ?”
“Buka
saja, mian jika kadoku terlalu sederhana.” Ji Hye Nuna tersenyum mendengar
ucapanku.”Kalau begitu aku mau turun dulu.”
“Gurae,
gomapta.” Aku membalasnya dengan senyuman. Aku berjalan keluar kamarnya. K
lihat pintu putih di depan Kamar Ji Hye Nuna. Kamar Joo Hyun. Kulangkahkan
kakiku dan kubuka pintunya. semuanya masih tertata rapi. Pandanganku tertuju
pada sebuah foto di atas meja. Fotoku dengan Joo Hyun. Aku melihat sebuah buku
berwarna ungu di samping foto. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil membaca
buku tersebut. Ini Diary Joo Hyun. Aku membaca setiap lembarnya. Dia menulis
semua hari-harinya bersamaku. Aku berhenti di sebuah halaman. Halaman terakhir
di Diary Joo Hyun.
Dear Diary,
Hari ini dokter mengatakan tidak dapat
menolongku lagi. Dia menyarankanku untuk berobat keluar negeri. Bersamaan
dengan itu kepala sekolah mengatakan bahwa aku mendapatkan beasiswa kuliah ke
Amerika. Aku tau tak lagi pantas memperoleh beasiswa itu, aku sudah cukup
lemah. Tapi jika aku berobat keluar negeri apa yang harus kukatakan ke Donghae
Oppa. Aku belum menceritakan padanya tentang penyakitku. Aku tak sanggup
melihatnya bersedih, dia adalah alasanku untuk tetap bertahan. Tapi apa aku
harus berbohong kepadanya ?
Dear
Diary,
Aku sudah tidak kuat lagi, sepertinya aku
berakhir disini. Diary, dapatkah kau sampaikan maafku pada Donghae Oppa, maaf
karena aku tidak memberitahu tentang penyakitku. Aku berharap dia mendapatkan
yeoja yang lebih baik dariku nantinya. Diary, katakan padanya aku mencintainya,
sangat mencintainya. Saat aku pergi, aku ingin dia tau bahwa aku tidak
benar-benar meninggalkannya. Aku akan selalu di hatinya.
Tanpa kusadari
air mata mengalir membasahi pipiku. Aku tau kamu tidak akan meninggalkanku Joo
Hyun-ah. Gajima Joo Hyun-ah, tetaplah dihatiku, meskipun aku telah memiliki
seseorang di sisiku, tetaplah di hatiku hingga akhir.
~FIN~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar